Sejarah

Sejarah Terbentuknya FKUB Kota Batam

Sejarah pemberdayaan Kerukunan di Batam telah dimulai sejak tahun 1995 dimana ketika itu atas inisiatif dari para tokoh agama dan majelis-majelis agama dan di fasilitasi oleh Departemen Agama Kodya Batam (red. sekarang Kementerian agama) berkumpul dalam kegiatan bhakti sosial memberikan sembako kepada masyarakat atau umat di lintas agama. Para tokoh agama waktu itu dari Islam Bapak H Adamri Al Huzaini (Alm), Bapak Drs. H. Tengku Azhari Abbas (Alm), dari Kristen Bapak Pendeta Rony Bolung (Alm), Bapak Pendeta Boyke Turangan, S.Th., dari Katolik Pastor Felix, Bapak Ir. Bastoni Solichin, Thomas Suprapto, dari Hindu, Bapak Ir. I Putu Wijaya Kesuma, Ir. I Ketut Mertaadi, Bapak Drs. I Wayan Catra yasa dan dari Budha adalah Bapak Djohan Arifin, Bapak Rudi Tan Bapak JS. Soedarmadi.

Atas kesepakatan bersama para tokoh ini membentuk sebuah organisasi yang diber nama Forum Komunikasi Umat Beragama Kodya Batam. Kepala Kantor Departemen agama waktu itu dijabat oleh Drs. H. Fauzi Mahbub, MM. Pada waktu itu, organsasi ini belum terbentuk struktur secara resmi, hanya berupa kepanitiaan untuk menyelenggarakan kegiatan bhakti sosial. Tahun 1997 organisasi ini melaksanakan jalan santa erukunan dengan pembagian sembako dan lucky draw yang dipusatkan di lingkungan PENUIN. Biaya kegiatan yang digunakan murni donator dari sponsor pengusaha dan sumbangan sukarela dan majelis-majelis agama.

Pada tanggal 29 September 1999 bertempat di Hotel Mandarin Regency (red. Sekarang Hotel Goodway) diadakan pelantikan organisasi kerukunan umat beragama yang namanya sepakat diganti dari Forum Komunikasi Umat Beragama Kodya Batam menjadi Forum Musyawarah Umat Beragama Kota Batam.

Kegiatan ini bisa terwujud berkat dukungan yang luar biasa dari Kapolresta ketika itu dijabat oleh bapak Drs. Nikolaus Eko, Letkol Pol dan Kasat Bimas lbu Erna Torech beserta jajarannya. Beliau sangat peduli dengan kerukunan menyatukan tokoh-tokoh agama sampai juga ada pembentukan Pendeta Kamtibmas yang anggotanya direkrut dari tokoh-tokoh agama ketika itu. Adapun Susunan kepengurusan FMUB yang untuk pertama kali dikukuhkan adalah sebagai Ketua Bapak Drs. H Rajali Jaya, Sekretarisnya Drs I Wayan Catra Yasa dan bendaharanya dijabat oleh Bapak Rudi Tan. Tidak jauh berbeda dengan masa ketika bernama Forum Komunikasi Umat Beragama, organisasi Forum Musyawarah Umat Beragama juga melanjutkan melaksanakan kegiatan serupa yaitu bhakti sosial dan bazar murah menjelang hari besar keagamaan terutama pada waktu bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri.

Pada tahun 2002 Bapak Drs. H. Rajali Jaya pindah tugas dipromosikan sebagai Kepala Kantor Departemen agama Tanjung Balai Karimun. Semenjak itu roda organisasi kepengurusan pengganti antar waktu digantikan oleh KH. Didi Suryadi. Pada tahun 2003 bersempena dengan Mubes FMUB bertempat di Hotel Informasi Haji Batam Centre FMUB mengadakan acara seminar nasional dan pengukuhan kepengurusan yang baru periode 2003-2008. Pengurus inti (KSB) terpilih KH. Didi Suryadi sebagai Ketua, Drs. Wayan Catra Yasa sebagai sekretaris dan Rudi Tan sebagai bendahara. Keynote speaker waktu itu Menteri Agama RI yaitu Prof. Dr. H. Said Agil Al Munawar, MA. Kegiatan FMUB di bawah kepemimpinan KH. Didi Suryadi tetap berkomitmen memberdayakan kerukunan umat beragama di Batam dengan menyelenggarakan kegiatan silaturahmi temu tokoh, majelis agama, bhakti sosial, buka puasa bersama dengan menghadirkan kaum Duafa di bulan suci Ramadhan.

Pada tahun 2006 setelah terbitnya Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 & 8 tahun 2006, FMUB melaksanakan MUBES yang dusdakan pada bulan Juli 2006 bertempat di Hotet Nagoya plaza. Dalam acara Mubes FMUB waktu itu telah disepakati perubahan nama dan struktur kepengurusan sesuai dengan PBM hanya berjumlah 17 orang dengan komposisi jumlah penduduk. Selanjutnya namanya berubah menjadi Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Batam disingkat menjadi FKUB Kota Batam dengan struktu satu orang Ketua, dua orang wakil ketua, satu orang sekretaris dan sisanya sebagai anggota. Ketua terpilih adalah KH. Didi Suryadi, Wakil ketua masing-masing Pdt Jesse Saragih, S.Th dan Drs. H. Zulkifli AK., M.Si serta Didampingi sekretaris Drs. I Wayaan Catra Yasa. Periode kepengurusan sesuai dengan PBM yaitu 5 (lima) tahun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011. Masa kepengurusan ini memprioritaskan menerbitkan surat rekomendasi pendirian rumah ibadat sesuai dengan aturan yang termuat dalam PMB. Di samping kegiatan itu, periode masa ini juga tetap mengadakan dialog dengan tokoh-tokoh agama, seminar keagamaan, dan oleh Kesbangpil Batam pernah mengadakan wisata rohani kunjungan kerja ke FKUB Provinsi Bali pada bulan Mei tahun 2011, yang pada intinya semua kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai wujud resolusi potensi konflik dan menjaga dan memelihara kerukunan umat beragama serta menjaga Batam tetap kondusif.

Pada bulan Januari 2012, FKUB kota Batam kembali menggelar musyawarah yang diadakan di kantor walikota Batam dan terpilih kepengurusan periode 2011-2016 dengan pengurus inti (KSB) masing-masing sebagai Ketua H .Rustam Effendi Bangun, dua orang Wakil Ketua, masing-masing, Ampuan umeang, SH. MH .dan Drs. H Darlispon MM., Sekretaris Drs. I Wayan Catra Yasa, MM., Bendahara , Ir Bastoni Solichin, M.Hum. Kepengurusan ini dilantik oleh Walikota Batam pada tanggal 6 Juni 2012 sekaligus diadakan Rapat Kerja I. Pada rapat kerja yang pertama telah dihasilkan Peraturan FKUB Kota Batam yang dimuat dalam BAB II buku profi ini. Pada kepengurusan ini tetap melanjutkan kegiatan kepengurusan sebelumnya yaitu memberikan rekomendasi kepada panitia pembangunan rumah ibadat atas requestnya yang ditujukan kepada FKUB kota Batam. Pada masa ini metode pemberian rekomendasi diawali dengan rapat venfikasi surat request, kemudian diadakan Survei ke lapangan dilanjutkan sidang pleno. Jika sudah tidak ada kendala, maka pengurus FKUB itu membuat berita acara selanjutnya diterbitkan surat rekomendasi.

Pada masa ini FKUB kota Batam telah juga diajak oleh Kesbangpol Batam mengadakan kunjungan kerja berwisata rohani yaitu, buta Nopember tahun 2013 ke Balikpapan, Kalimantan Timur, bulan Mei 2014 ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah dan bulan Mei 2015 ke Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung.

Kemajemukan kota Batam merupakan kekayaan yang tiadak ternilai, berbagai suku, Etnis Budaya, dan agama yang ada di kota Batam merupakan bagian proyeksi dari kerukunan nasional. Umat beragama sebagai salah satu komponen bangsa berusaha memelihara identitas jati diri dan memperjuangkan aspirasinya, mereka dituntut untuk memberi andil dalam rangka memelihara kerukunan dan keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia.

Kearifan lokal dan kedewasaan di kalangan umat beragama sebagai aset untuk memelihara keseimbangan antara kepentingan kelompok dan kepentingan nasional. Sehingga diperlukan kebijakan strategis yang dapat menciptakan dan memelihara kerukunan umat beragama guna mewujudkan masyarakat Batam yang bersih, aman, tentram agamis, madani, damai, maju, dan sejahtera selamanya, berwawasan religious dan bersatu membangun Batam menjadi Bandar Dunia yang madani. Hal ini tidaklah seperti membalikan telapak tangan, namum memerlukan sebuah proses yang harus dilalui melalui pendekatan kacamata sosiologi kemasyarakatan, psikologi budaya dan alam lingkungan di kota Batam yang dikenal dengan masyarakat industri, karena memang pada kenyataannya Batam merupakan daerah yang sangat strategis berada paling dekat dengan Negara Singapore dan Malaysia.

Tentu mempunyai keunikan tersendiri yakni dan ketertarikan investor untuk penanaman modal asing sampai tingkat UKM yang hanya bersifat home industry. Kenyataan ini mengingatkan kita akan perlunya mengantisipasi terhadap potensi konflik, gangguan kamtibmas termasuk di dalamnya isu Sara yang menjadi toksin dalam upaya menjaga kerukunan dan kondusifitas di kota Batam.